MUHASABAH HARIAN SETIAP MUSLIM

1. Apakah Anda setiap hari selalu sholat shubuh berjamaah di masjid? (bagi ikhwan)
2. Apakah Anda selalu menjaga sholat yang 5 waktu berjamaah di masjid? (bagi ikhwan)
3. Apakah Anda hari ini membaca Al Quran?
4. Apakah Anda rutin membaca dzikir setelah selesai melaksanakan shalat wajib?
5. Apakah Anda selalu menjaga shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat wajib?
6. Apakah Anda hari ini khusyu’ dalam shalat, menghayati apa yang Anda baca?
7. Apakah Anda hari ini mengingat mati dan kubur?
8. Apakah Anda hari ini mengingat hari kiamat, segala peristiwanya dan kedahsyatannya?
9. Apakah Anda telah memohon kepada Allah sebanyak 3 kali agar dimasukkan ke dalam surga?
10. Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah sebanyak 3 kali agar diselamatkan dari api neraka?
Karena: “Barang siapa yang memohon surga kepada Allah sebanyak 3 kali, (maka) Surga berkata, “ Wahai Allah! Masukkanlah ia ke dalam surga,” dan barang siapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebayak 3 kali, (maka) Neraka berkata, “Wahai Allah! Selamatkanlah ia dari api neraka,” (Shahih Al- Jami’, No.6151 Jilid 6)
11. Apakah Anda hari ini membaca hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam?
12. Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik?
13. Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau?
14. Apakah Anda hari ini menangis karena takut kepada Allah?
15. Apakah Anda selalu membaca dzikir (di waktu) pagi dan sore hari?
16. Apakah Anda hari ini telah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah Anda perbuat?
17. Apakah Anda telah memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid?
Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid, maka Allah akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidurnya.” (HR Muslim)
18. Apakah Anda telah berdo’a kepada Allah agar ia menetapkan hati Anda di atas agama-Nya?
19. Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo’a kepada Allah di waktu-waktu yang mustajab?
20. Apakah Anda telah membeli buku-buku Islam untuk memahami Islam?
(Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang diikuti oleh para sahabat Nabi, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar)
21. Apakah Anda memintakan ampun kepada Allah untuik saudara-saudara mukminin dan mukminah? Karena mendo’akan mereka Anda mendapat kebaikan pula. (Shahih Al Jami’ No. 5902)
22. Apakah Anda telah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat Islam?
23. Apakah Anda telah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya?
24. Apakah hari ini Anda telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan?
25. Apakah Anda dapat menahan amarah yang disebabkan karena urusan pribadi dan berusaha untuk marah karena Allah semata?
26. Apakah Anda telah berusaha untuk selalu menjuhkan diri dari sikap sombong dan membanggakan diri?
27. Apakah Anda telah mengunjungi saudara-saudara seiman dan seagama (ikhlas karena Allah semata)?
28. Apakah Anda telah berdakwah untuk keluarga, saudara-saudara, tetangga dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda?
29. Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang lain?
30. Apakah Anda selalu mengucapkan ”Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun—sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami kembali kepada-Nya” jika Anda mendapat musibah dari Allah?
Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah masing-masing kalian melakukan istirja’ (mengucapkan Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun) pada setiap hal meskipun talli sandalnya putus, karena hal itu termasuk musibah.” (Hadits Hasan, lihat Shahih Al Kalimut Thayyib No. 140)
31. Apakah Anda hari ini mengucapkan doa: “Allahumma innii a’uuudzubika an usyrikabika wa anaa a’lam wa astghfiruka limaa laa a’lam—Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui dan aku memohon ampunan-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.” (Shahih Al-Jami’ No. 3625). Barangsiapa yang mengucapkanya maka Allah akan menjauhkan dirinya dari syirik besar dan syirik kecil.
32. Apakah Anda selalu berbuat baik kepada tetangga?
33. Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad dan dengki?
34. Apakah Anda telah membersihkan lisan Anda dari perkataan dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata yang tidak ada manfaatnya?
35. Apakah Anda selalu takut kepada Allah dalam hal penghasilan, makanan, minuman dan pakaian?
36. Apakah Anda selalu bertaubat kepda Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan?

“Akhi Muslim, jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan nyata, agar Engkau mendapat ridha Allah dan menjadi orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat, Insya Allah.”

Sumber:
- Zaadul Muslim Al Yaumi, Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al Jaarullah
- Al Qabru ‘Adzaabuhu wa Na’iimuhu, Syaikh Husain Al ‘Awaisyah.

Fathimah az-Zahraa

Beliau adalah sayyidah wanita seluruh alam pada zamannya, putri keempat dari Rasululllah saw dan ibunya Ummahaatul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Allah menghendaki kelahiran Fathimah kurang dari lima tahun sebelum Nabi diutus, dekat peristiwa yang agung, yaitu saat orang-orang Quraisy rela menyerahkan hukum kepada Muhammad tentang perselisihan yang hebat di antara mereka untuk meletakkan Hajar Aswad setelah diadakan pembaharuan Ka'bah.
Rasulullah saw mendapat kabar gembira dengan kelahiran putrinya dan nampaklah barakah dan keberuntungan dengan kelahiran putrinya tersebut. Beliau memberikan julukan kepada Fathimah dengan "az-Zahraa" (bunga). Beliau dikunyahkan pula dengan Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Beliau adalah yang paling mirip dengan ayahnya Muhammad saw.
Fathimah tumbuh dan berkembang dalam rumah tangga nabawi dengan sifat yang baik, lemah lembut, dan terpuji. Dengan sifat-sifat inilah beliau tumbuh di atas kehormatan yang sempurna, jiwa yang berwibawa, cinta akan kebaikan, dan akhlak yang baik dengan mengambil teladan dari ayahnya Rasulullah saw dalam seluruh tindak-tanduknya.
Manakala usia Fathimah mendekati lima tahun, mulailah suatu perubahan besar dalam kehidupan ayahnya dengan turunnya wahyu kepada beliau, sehingga Fathimah turut merasakan awal mula ujian dakwah. Beliau menyaksikan dan berdiri di samping kedua orang tuanya serta membantu keduanya dalam menghadapi setiap bahaya. Beliau juga menyaksikan serentetan tipu daya orang-orang kafir terhadap ayahnya yang agung, sehingga beliau berangan-angan seandainya saja dia mampu, maka akan ditebus dengan nyawanya untuk menjaga beliau dari gangguan orang-orang musyrik. Hanya saja ketika itu beliau masih kecil.
Di antara penderitaan yang paling berat pada permulaan dakwah adalah pemboikotan yang kejam yang dilakukan oleh kaum musyrikin terhadap kaum muslimin bersama Bani Hasyim pada suku Abu Thalib. Sehingga, pemboikotan dan kelaparan tersebut berpengaruh kepada kesehatan beliau. Oleh karena itu, sisa umurnya yang panjang beliau alami dengan fisik yang lemah.
Belum lagi az-Zahraa' kecil keluar dari ujian pemboikotan, tiba-tiba (ibunya) Khadijah wafat yang menyebabkan jiwa beliau penuh dengan kesedihan, penderitaan, dan kesusahan. Setelah wafatnya ibunda, beliau merasakan ada tanggung jawab dan pengorbanan yang besar di hadapannya untuk membantu ayahnya yang sedang meniti jalan yang keras di jalan dakwah kepada Allah. Terlebih-lebih setelah wafatnya pamanda beliau, Abu Thalib, dan istri beliau yang setia yakni Khadijah, sehingga berlipat gandalah kesungguhan Fathimah dalam memikul beban dengan penuh kesabaran dan keteguhan mengharap pahala Allah. Beliau mendampingi sang ayah dan maju sebagai pengganti tugas-tugas ibunya. Dengan sebab itulah Fathimah diberi gelar "Ibu dari ayahnya".
Ketika Rasulullah saw mengijinkan bagi para sahabat untuk hijrah ke Madinah, beliau menjaga rumah yang agung. Tinggal di dalamnya Ali bin Abu Thalib yang mempertaruhkan jiwanya untuk Rasulullah saw. Beliau tidur di tempat tidur Rasulullah untuk mengelabuhi orang-orang Quraisy (agar mereka menyangka, Nabi belum keluar). Selanjutanya, Ali ra menangguhkan hijrah beliau selama tiga hari di Mekah untuk mengembalikan titipan orang-orang Quraisy yang dititipkan kepada Rasullah saw yang telah berhijrah.
Setelah hijrahnya Ali, hanya Fathimah dan saudara wanitanya, Ummu Kultsum, yang masih tinggal di Mekah, sampai Rasulullah saw mengirimkan sahabat untuk menjemput keduanya pada tahun ketiga sebelum hijrah. Ketika itu, umur Fathimah telah mencapai 18 tahun. Beliau melihat di Madinah para Muhajirin dapat hidup tenang dan telah hilang rasa kesepian tinggal di negeri asing. Rasulullah saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, sedangkan beliau ra mengambil Ali ra sebagai saudara.
Setelah menikahnya Rasulullah saw dengan sayyidah 'Aisyah ra, maka orang-orang utama di kalangan sahabat mencoba melamar az-Zahraa', setelah mereka pada awalnya menahan diri karena keberadaan dan tugas Fathimah di sisi Rasullah saw. Di antara sahabat yang melamar az-Zahraa' adalah Abu Bakar dan Umar, akan tetapi Nabi menolak dengan cara yang halus. Kemudian Ali bin Abu Thalib mendatangi Nabi untuk meminang Fathimah. Ali bercerita:
"Aku ingin mendatangi Rasulullah saw untuk meminang putri beliau yaitu Fathimah. Aku berkata, 'Demi Allah aku tidak memiliki apa-apa, namun aku ingat kebaikan beliau saw, maka aku beranikan diri untuk meminangnya. Nabi saw bersabda kepadaku, 'Apakah kamu memiliki sesuatu?' Aku berkata, 'Tidak, ya Rasullah.' Kemudian beliau bertanya, 'Lalu, di manakah baju besi al-Khuthaimah yang pernah aku berikan kepadamu pada hari lalu?' 'Masih aku bawa, ya Rasullah,' jawabku. Selanjutnya Nabi saw bersabda, 'Berikanlah baju tersebut kepada Fathimah sebagai mahar'."
Sumber: Nisaa' Haular Rasuuli, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Mushthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Posting Pertamaku

Bismillahirrohmanirrohim,